xbetcNBul4WQTiAXe5Wj0youglaF4UAQjBlvC4sS
Bookmark

Perbedaan Antara Husnul Khotimah dan Khusnul Khotimah

Perbedaan Antara Husnul Khotimah dan Khusnul Khotimah

Pemahaman yang tepat tentang istilah “husnul khatimah” dan “khusnul khatimah” adalah penting bagi umat Islam. Meski tampak mirip, kedua istilah ini memiliki makna yang sangat berbeda. Banyak orang keliru dalam memahami “khusnul khatimah” sebagai kondisi meninggal dalam keadaan baik. Namun, perubahan satu huruf saja antara “husnul” dan “khusnul” dalam bahasa Arab dapat mengubah makna secara signifikan.

Jadi, mana yang benar, “husnul khatimah” atau “khusnul khatimah”? Berikut penjelasan lengkapnya.

Mengupas Makna Husnul Khatimah dan Khusnul Khatimah Berdasarkan arsip detikNews dan merujuk pada pendapat Ustadz Faishal Zulkarnaen, salah satu pengasuh Pesantren Darul Hikam di Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, istilah yang benar adalah “husnul khatimah”.

Secara dasar, “husnul khatimah” berarti akhir yang baik, sementara “khusnul khatimah” berarti akhir yang hina.

“Ada banyak orang yang mempertanyakan dan menyalahkan penggunaan istilah ‘khusnul khatimah’. Menurut mereka, penulisan yang benar adalah ‘husnul khatimah’. Alasannya, ‘khusnul khatimah’ berarti akhir yang hina, sementara ‘husnul khatimah’ berarti akhir yang baik,” jelasnya.

Perbedaan antara “husnul khatimah” dan “khusnul khatimah” juga didasarkan pada masalah transliterasi dari tulisan Arab ke Latin.

Istilah “husnul khatimah” dalam bahasa Arab ditulis dengan حسن الخاتمة, sehingga huruf ح dibaca dengan alfabet ‘h’. Maka, tulisan حسن الخاتمة dibaca “husnul khatimah” yang berarti akhir yang baik.

Sedangkan, kalimat خسن الخاتمة yang dalam tulisan Latin disebut “khusnul khatimah” memiliki arti akhir yang hina. Hal ini merujuk pada Ibnul A’robi ketika mengartikan “akhsana ar-rajulu” (أخسن الرجل) yang berarti ‘terhina setelah perkasa’.

Dengan demikian, umat Islam dapat menyatakan akhir kematian yang baik dengan istilah “husnul khatimah”.

Cara Agar Kita Meraih Kematian Husnul Khatimah

Mencapai kematian husnul khatimah, atau meninggal dalam keadaan baik, adalah aspirasi bagi setiap individu. Berdasarkan buku “Takut Mati Bila Khusnul Khatimah” karya Ahmad Zacky El-Shafa, berikut adalah beberapa strategi untuk mencapai kematian husnul khatimah:

1. Membina Takwa kepada Allah SWT

Membina takwa kepada Allah SWT adalah langkah pertama untuk meraih kematian dalam kondisi yang baik. Ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 102, dimana Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Yang berarti: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS Ali Imran: 102).

2. Tidak Menunda Taubat

Setiap manusia tidak mengetahui kapan ajalnya akan tiba. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim yang beriman, penting untuk tidak menunda-nunda taubat. Allah SWT selalu membuka pintu-Nya untuk menerima taubat hamba-Nya, seperti yang disabdakan Nabi SAW:

“Sesungguhnya Allah SWT membentangkan tangan-Nya di waktu siang untuk menerima taubat orang yang bersalah di waktu malam hingga terbit matahari dari sebelah barat,” (HR Imam Muslim).

3. Berbaik Sangka kepada Allah SWT

Ketika seseorang ditimpa musibah berupa sakit, ia harus berbaik sangka kepada Allah SWT. Ini dilakukan dengan meyakini bahwa sakit tersebut adalah cara Allah SWT untuk menghapus dosa-dosa hamba-Nya.

Imam al-Ghazali menyatakan bahwa jika dalam hati masih ada keraguan terhadap Allah SWT, maka rasa sakit tersebut dapat membawa seseorang ke kematian suul khatimah (kematian yang buruk).

4. Menghindari Penyebab Kematian yang Buruk 

Untuk mencapai kematian yang baik, seorang muslim juga harus menghindari penyebab kematian yang buruk. Contoh kematian yang buruk antara lain disebabkan oleh banyak melakukan kesyirikan, menunda-nunda taubat, gemar berbuat maksiat, berprasangka buruk kepada Allah SWT saat ditimpa musibah, serta banyak melakukan aktivitas baik secara fisik, pemikiran, maupun dalam hati yang tidak berguna.

5. Istiqomah dalam Melakukan Kebaikan

Orang yang istiqomah atau konsisten dalam melakukan kebaikan akan dijanjikan oleh Allah SWT surga dengan penuh kenikmatan. Seperti yang difirmankan Allah SWT dalam surat Fushilat ayat 30:

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ

Yang berarti: "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS Fushilat: 30).